21.5.23

Pelukan palungmu

Apakah perlu ada yg perhatikan lelahmu? 
Apakah penting untuk dunia tahu? 
Apakah perlu membela diri dan menjawab? 
Kurasa lelahku tidak sepenting itu untukmu 
Apalagi untuk dunia 
Bahkan bila sekejap ku pergi pun tak kan ada bedanya 
Kurasa lebih penting untuk tetap disini menjadi remahan pasir di dalam palungmu
Tak akan ada habisnya kulawan ombak beriak 
Tak akan mampu aku berteriak 
Apakah penting untuk pilah pilah dan namai pasir di palung ini? 
Kurasa waktumu terlalu mahal untuk itu 
Kurasa pasir ini berhak mendapatkan namanya walau hanya sesuku kata

5.9.19


Berlayar bersamamu tak akan pernah kusesali, sayang, sedikitpun
Percayalah tapakan kaki kita tidak terpijak sia
Mungkin pelayaran kita harus berhenti disini, sekarang
Namun tidak pelayaranku, juga pelayaranmu
Kamu tetap adalah nahkoda yang hebat
Yang membawa duniaku duniamu nyaris maya
Belajar bermimpi bersamamu adalah hal menyenangkan
Berlayar bersama selamanya menjadi mimpi tertinggi yang pernah kita pelajari
Kurasa pelayaran kita yang lalu cukup manis untuk disimpan dalam-dalam
Biar hanya kita yang tahu senja dan sunyinya kita disini
Biar peluk hangatmu terus terekam melalui mimpi mimpi kita
Percayalah pelayaran ini selalu baik untuk diingat
Tidak akan pernah kubenci dirimu
Begitu pula kuharap aku tidak akan pernah kamu benci
Mari meninggalkan kapal ini bersama, sayang, sekarang
Kapal kita sudah berjangkar
Mari pulang

4.6.19

Gak ada kata lain selain bangga saat kita mampu handling rasa amarah kita
Semua orang pasti punya rasa marah. Semua orang pasti pernah marah. Karena gak semua hal di dunia ini berjalan sesuai kemauan kita. Setiap orang pasti pernah kecewa. So do I. Aku juga punya lho rasa marah. Rasa kecewa. Aku rasa wajar kalau aku punya rasa marah. Aku sedang di tahap acceptance bahwa its oke lho kalau aku punya rasa marah. Aku baru ngerasa kalo gak ada salahnya kalau aku punya sebuah emosi bernama marah. 
Aku terbiasa merepresi segala bentuk amarah dan kecewa aku. Entah gudang represi aku kalau dibongkar udah berapa luas. Aku rasa cukup luas dibanding dengan apa yang tampak sehari-harinya. Aku gak suka konflik, then aku menghindarinya dengan merepresi rasa marah aku. Singkatnya, daripada berantem mending aku pendem aja rasa marahku. Daripada jadi masalah, mending ku pendem aja rasa kecewanya aku. Dulu aku bangga sungguh dengan kemampuan bertahan aku macam ini. Defense mechanism represi. Aku ngerasa hebat dengan aku yang nahan emosi marah dan kecewa, semua tetap baik baik aja. Gak ada konflik. Gak ada marah-marahan. Semua happy. So do I, di depan, yang tampak. Inside my heart aku juga happy sekali karena gak ada berantem-berantem dan konflik. But deep inside, kalau mau kutengok mungkin sekarang udah bleeding. 
Belakangan aku belajar psikologi, kurasa cara ini gak bener. Walau honestly aku masih suka pake defense mechanism ini sehari-harinya. But at least ku mulai belajar bahwa ini tu gak bener. Aku belajar banyak hal. Terutama setelah resign dari Hospital. Keluar dari dunia nurse. Masuk kuliah dan belajar banyak hal. Ketemu lingkungan baru. Ketemu pekerjaan baru. Kurasa ini banyak sekali mengubah thinking patternku dan banyak masukan-masukan baru yang sangat bermanfaat buat aku.
Aku belajar buat memahami. Setingkat lebih tinggi dari mengetahui. Aku sekarang gak nyaman dengan represi ku yang terang-terangan represi. Kalau ada sesuatu yang aku auto-represi aku pasti gak nyaman dan ujung-ujungnya sekarang aku omongin setelah emosi aku lebih reda. Ku beneran menghindari konflik sehingga pasti ku menjaga manner dan tutur kata ku selembut mungkin supaya rasa marah aku ini tertuang dengan sopan dan pesannya sampai. Kurasa aku gak perlu (bahkan gabisa) marah yang beneran marah-marah gitu. Paling ku nangis doang. Cems. 
Proses emosi marah di amygdala aku rada lemot untuk diekspresikannya. Biasanya emosi marah dalam diri aku melewati proses analisis berulang ulang kali. Nanti kalau aku marah dia balik marah gak ya? Nanti kalau aku marah, malah jadi berantem gak ya? Nanti kalau aku marah, dia ninggalin aku gak ya? Setelah lulus uji, baru emosi bisa keluar dengan filter bahasa yang ketat, supaya tidak menyinggung. Ini bukan masalah siapa pasangan aku ya, at all.. ini beneran proses dalam diri aku aja.

Dalam relationship, aku rasa memahami lebih membuat aku nyaman, dan semua pihak nyaman. Mungkin kita emang gak ketemu di tengah aja, makanya ada afeksi yang gak enak antara kita. Entah kamu tersinggung, atau aku ngerasa gak disayang. Atau kamu ngerasa aku kurang, atau aku ngerasa gapernah sempurna. Semua cuma masalah kita gak ketemu di tengah aja. Kupikir dengan memahami bisa meredakan semua itu lho. Kalau ada suatu hal yang gak ku suka, aku pasti kecewa dong, dan timbul emosi marah. Menurut aku, memahami disini letaknya ada pada saat kita tidak langsung merespon emosi marah, tapi kita tenang sejenak dan ambil satu langkah mundur untuk bisa lihat duduk permasalahan dengan lebih objektif. lihat dimana kamu dimana aku dan dimana garis tengah berada, titik dimana semua pihak nyaman. Walau cuma satu langkah mundur, percayalah ini magic. Kita jadi lebih paham dimana ada masalahnya. Kita jadi lebih paham gimana maunya pasangan, gimana maunya kita, apa yang harus dilakuin supaya tetep ga ada yang tersakiti tapi masalah selesai. Kita jadi tahu itu semua. Kita jadi bisa mengatur koordinat dimana kita harusnya berdiri supaya seimbang supaya kapal gak goyang. Kadang kita harus maju, mundur, menyesuaikan pasangan kita yang ada di seberang jalan tengah. Kurasa mengalah sedikit dengan mundur dan memahami maunya pasangan gak ada salahnya. Selama gak ada yang tersakiti kan its ok. kurasa aku gak sakit, karena aku ada di titik paham. 
Ku memahami bahwa gak semua yang aku mau itu bisa diturutin. Ku memahami cara orang ekspresikan bahasa cintanya itu beda-beda. Ku memahami bahwa persepsi tiap orang mengenai suatu tindakan itu bisa beda-beda. Ku memahami bahwa dalam relationship itu gak harus selalu baik lho. Its OK kok untuk punya konflik. Ku rasa itu wajar. 

Kita akan menikah untuk waktu yang lama lho, jangan biarkan waktu habis cuma untuk maju mundur atur koordinat. Kurasa kalau kita sama-sama memahami, kita akan auto ketemu di tengah tanpa ada yang tersakiti. Sekian


6/4/19 11:29 pm
Listyo Bekti Miranti

4.2.19


setidaknya labirin itu pernah ada
walau kita tidak pernah meninggalkan sejejak dua jejak pun
setidaknya aku tau melewatkanmu bukan hal yang mudah
namun membangun ruangan tanpa labirin denganmu kurasa lebih sulit
namun kita harus
setidaknya kita berusaha

menghancurkan labirin ini bersama bukan hal yang mudah
setidaknya bagiku, entah kamu
namun kita harus
setidaknya kita berusaha

21.1.19


teruntuk penghuni labirin yang sedang bersembunyi

aku tidak ingin menjadi bagian masa lalumu
apalagi masa depan
kamu tidak akan tahu aku berlelah menghapus dua masa ini
aku rasa tidak perlu memasang kesakitan
untuk mencari tempat sembunyimu
aku tidak perlu mendaftarkan lukaku yang ini, kataku
biar saja dia terkubur dalam labirin rumit yang tak pernah ditemukan
jika mau, aku bisa saja membuka pintu labirin
dan biarkanmu berjalan keluar
namun kupilih diam sembunyi disini
kalau kamu mau, kamu tau bisa kapan saja temukanku disini
dan mulai membangun labirin kecil dalam labirin rumit kita
namun kucoba pupus mauku ini
kucoba mencari tempat sembunyi baru
yang tidak akan kamu temui
aku, masih di dalam labirin ini, sayang
berlelah menyapu kepingan harap kecil yang kerap muncul dan kupecahkan sendiri
aku rasa tidak perlu memasang kesakitan, tekanku
biar kesakitan kita tidak kembali menyatu menjadi sebuah labirin baru
walau memang sakit, kurasa kita perlu tinggalkan labirin ini bersama

teruntuk penghuni labirin yang sedang bersembunyi
mari kita pergi dari sini, sekarang

16.8.16

The Sun is Earth's

karena kita sama sama tahu matahari tanpa bumipun tetap bisa menghidupi Bimasakti.
kurasa masih banyak kepingan planet yang baik untuk matahari.
sekeping dua keping tidak akan sakiti bumi walau sakit
karena kita sama sama tahu bumi akan selalu berputar di jalurnya
pun disaat mataharinya sadar ia masih dapat menghidupi Bimasakti tanpa bumi
pun disaat ia paham akan planet planet baik yang melintas
sekeping dua keping tidak akan sakiti bumi walau sakit
karena kita sama sama tahu Bimasakti tetap bekerja baik saat matahari tidak sinari bumi
pun disaat bumi mulai gelap
pun disaat bumi rasa sekeping dua keping akan sakitinya
aku pikir tidak ada yang berubah saat bumi mengorbit matahari atau tidak.

7.6.16

when God made M to perfecting another M

for my one and only Michael Christian Gondokusumo.
my better half. my love at very first sight. my future.


I am not a perfect person. I am nobody. I am not famous, not a pretty face. I am a normal being, who done mistakes. I cant promise you a perfect relationship without arguments over our differences and trust issues. However I can promise you that as long as you are trying I am staying.