7.2.15

Resume

aku berlayar semauku sampai akhirnya berlabuhlah aku disini. kupikir aku sudah berlabuh, namun aku masihlah terapung berlayar. biar aku berlayar tanpa nahkoda asal aku bisa meresapi sendiri terayunnya aku sesenti demi sesentinya disini. biar saja aku tanpa nahkoda dan mensyukuri keberadaanku yang terapung liar ditengah sini. kupikir aku masih mampu sampai di seberang dengan selamat mencari nahkodaku. aku pikir selesai menyesap aromamu ditepi ini, karena aku pikir kamu akan berpikir begitu. aku memulai pelayaranku yang goyah tanpamu. dimulai dari titik hayal yang sama sama samar. ternyata si bebas belum juga datang. sampai pelayaranku mendarat kembali ke sudut ini, pencarianku nihil. di sudut ini juga aku menyimpan ulang berkas-berkas pencarian bebasku yang aku tau sekarang nihil. aku berargumen sendiri tanpa ujung hingga secuil asa pun seakan tak nampak. argumen hari ini adalah setiap makhluk belajar mencari bebasnya masing-masing dan melewatkan bebas milik yang lain. buat sepanjang perjalanan ke barat yang aku tau hanya belajar berlayar tanpa dayung. aku mengikis bongkahan-bongkahan simpanan asa ku yang aku pikir dulu tak berguna. bergulung-gulung ombak membawaku bersama hujan di tepian ini. entah terpelanting atau terbang aku tak tau pasti. yang kutau aku disini saat ini. yang ku tau aku sendiri. aku hanya ingin berjalan perlahan walau argumen argumen milik yang lain meyakinkanku untuk berlari. aku rasa masih aku yang memegang kendali buat tabungan asaku. lalu kupikir wajar kalau aku ingin menghemat pengeluaran asaku. aku hanya ingin menjadi pemaham yang baik untuk diriku sendiri. ritual have-you-ever-feel-like-you-wanna-hug-someone-and-there's-standing-up-in-front-of-you-a-bolster-and-you-finally-hug-it-and-you-act-as-someone-you-wanna-hug-and-the-bolster-as-you masih akan selalu terulang sampai pelangi sehabis hujan yang Nikita bilang itu terbit. aku rasa aku masih setia berbagi kepingan asaku yang tipis ini dengan banyak pihak-pihak yang (masih) hidup dalam bayangan. aku hanya ingin datang dalam nirwana dalam kondisi yang utuh. karena kurasa gulungan-gulungan ombak yang membawaku bersama hujan di tepian ini cukup meretakkan aku disini. aku hanya ingin mengapung sesuai lajurku yang sudah tergaris. buatku, cukup penting untuk memahami batasan batasan antar pulau antar benua. karena ku tau nantinya itu akan menjadi suatu sakit yang untuk merasakannya hanya bergiliran saja. aku masih terlindung dan berusaha selalu merasa aman dalam rengkuhan perahu mungilku yang mulai bocor. aku rasa tidak patut buatku meninggalkan perahuku dan berpindah ke kapal yang lain yang setidaknya berdayung. aku menghargai sungguh keberadaan perahuku yang mungil. yang koyak. yang bocor. karena tanpa dayungpun si mungil bocor ini bisa sampaikan aku disini. aku selalu merasa lelah dan aku memakluminya supaya nggak akan pernah ada kata menyesal. aku akan selalu merasa terbeban karena berlayar tanpa dayung. nahkoda yang katanya segera tiba pun selalu mengulur-ulur jadwal pulangnya. saat ini, ia masih mengendalikan perahu mungil milik yang lain. aku percaya kalau laut itu masih melingkar besar disini, ia pasti akan kembali. biar perahu-perahu itu yang perlahan mengantarkan nahkodaku pulang. biar aku bisa terlindungi tanpa harus selalu melindungi. belajar merangkak di darat kurasa tidak cukup mudah buatku. karena kutau untuk mendaratpun aku tak cukup daya walau kupunya banyak upaya. selama perjalanan di perahu mungil ini aku percaya tanpa dayungpun aku sanggup sampai di tepian ini. aku hanya butuh percaya sampai akhirnya tiba lah aku di daratan luas yang aku juga percaya Tuhan sudah pasrahkan buatku. nahkodaku belum juga sampai tapi tak mengapa asal aku dapat merangkak dengan baik di daratan yang baru ini. berdetik-detik kuhabiskan untuk mengulur-ulur kesempatan kesempatan yang aku sendiri masih mencari alasan untuk tidak menyesal. tak mengapa asal kamu, juga dapat merangkak dengan baik di daratanmu disana. aku punya sisa sisa serbuk perjuangan yang masih sering kutuai belakangan ini. walau beberapa sudah mengkristal aku masih ingin berlama lama menuainya lagi. bersama adalah kata yang lazim buat aku dan buat kamu, dulu. biar saja bersama masih jadi kata yang lazim buat aku dan buat kamu namun dalam titik paham yang sedikit berbeda, sekarang.
 


No comments :

Post a Comment