aku berlayar
semauku sampai akhirnya berlabuhlah aku disini. kupikir aku sudah berlabuh,
namun aku masihlah terapung berlayar. biar aku berlayar tanpa nahkoda asal aku
bisa meresapi sendiri terayunnya aku sesenti demi sesentinya disini. biar saja
aku tanpa nahkoda dan mensyukuri keberadaanku yang terapung liar ditengah sini.
kupikir aku masih mampu sampai di seberang dengan selamat mencari nahkodaku.
aku pikir selesai menyesap aromamu ditepi ini, karena aku pikir kamu akan
berpikir begitu. aku memulai pelayaranku yang goyah tanpamu. dimulai dari titik hayal yang sama sama samar. ternyata si
bebas belum juga datang. sampai pelayaranku mendarat kembali ke sudut ini,
pencarianku nihil. di sudut ini juga aku menyimpan ulang berkas-berkas
pencarian bebasku yang aku tau sekarang nihil. aku berargumen sendiri tanpa
ujung hingga secuil asa pun seakan tak nampak. argumen hari ini adalah setiap
makhluk belajar mencari bebasnya masing-masing dan melewatkan bebas milik yang
lain. buat sepanjang perjalanan ke barat yang aku tau hanya belajar berlayar
tanpa dayung. aku mengikis
bongkahan-bongkahan simpanan asa ku yang aku pikir dulu tak berguna. bergulung-gulung
ombak membawaku bersama hujan di tepian ini. entah terpelanting atau terbang
aku tak tau pasti. yang kutau aku disini saat ini. yang ku tau aku sendiri. aku
hanya ingin berjalan perlahan walau argumen argumen milik yang lain
meyakinkanku untuk berlari. aku rasa masih aku yang memegang kendali buat
tabungan asaku. lalu kupikir wajar kalau aku ingin menghemat pengeluaran asaku.
aku hanya ingin menjadi pemaham yang baik untuk diriku sendiri. ritual
have-you-ever-feel-like-you-wanna-hug-someone-and-there's-standing-up-in-front-of-you-a-bolster-and-you-finally-hug-it-and-you-act-as-someone-you-wanna-hug-and-the-bolster-as-you
masih akan selalu terulang sampai pelangi sehabis hujan yang Nikita bilang itu
terbit. aku rasa aku masih setia berbagi kepingan asaku yang tipis ini dengan
banyak pihak-pihak yang (masih) hidup dalam bayangan. aku hanya ingin datang
dalam nirwana dalam kondisi yang utuh. karena kurasa gulungan-gulungan ombak
yang membawaku bersama hujan di tepian ini cukup meretakkan aku disini. aku hanya
ingin mengapung sesuai lajurku yang sudah tergaris. buatku, cukup penting untuk
memahami batasan batasan antar pulau antar benua. karena ku tau nantinya itu
akan menjadi suatu sakit yang untuk merasakannya hanya bergiliran saja. aku
masih terlindung dan berusaha selalu merasa aman dalam rengkuhan perahu
mungilku yang mulai bocor. aku rasa tidak patut buatku meninggalkan perahuku
dan berpindah ke kapal yang lain yang setidaknya berdayung. aku menghargai
sungguh keberadaan perahuku yang mungil. yang koyak. yang bocor. karena tanpa
dayungpun si mungil bocor ini bisa sampaikan aku disini. aku selalu merasa
lelah dan aku memakluminya supaya nggak akan pernah ada kata menyesal. aku akan
selalu merasa terbeban karena berlayar tanpa dayung. nahkoda yang katanya
segera tiba pun selalu mengulur-ulur jadwal pulangnya. saat ini, ia masih
mengendalikan perahu mungil milik yang lain. aku percaya kalau laut itu masih
melingkar besar disini, ia pasti akan kembali. biar perahu-perahu itu yang
perlahan mengantarkan nahkodaku pulang. biar aku bisa terlindungi tanpa harus
selalu melindungi. belajar
merangkak di darat kurasa tidak cukup mudah buatku. karena kutau untuk
mendaratpun aku tak cukup daya walau kupunya banyak upaya. selama perjalanan di
perahu mungil ini aku percaya tanpa dayungpun aku sanggup sampai di tepian ini.
aku hanya butuh percaya sampai akhirnya tiba lah aku di daratan luas yang aku
juga percaya Tuhan sudah pasrahkan buatku. nahkodaku belum juga sampai tapi tak
mengapa asal aku dapat merangkak dengan baik di daratan yang baru ini.
berdetik-detik kuhabiskan untuk mengulur-ulur kesempatan kesempatan yang aku
sendiri masih mencari alasan untuk tidak menyesal. tak mengapa asal kamu, juga
dapat merangkak dengan baik di daratanmu disana. aku punya sisa sisa serbuk
perjuangan yang masih sering kutuai belakangan ini. walau beberapa sudah
mengkristal aku masih ingin berlama lama menuainya lagi. bersama adalah kata
yang lazim buat aku dan buat kamu, dulu. biar saja bersama masih jadi kata yang
lazim buat aku dan buat kamu namun dalam titik paham yang sedikit berbeda,
sekarang.
No comments :
Post a Comment